Dengan melihat formulir transaksi penjualan ini, maka sebenarnya kita dapat melihat terjadinya keuntungan (laba kotor) atas penjualan 1 BOTOL Betadine ini sebesar Rp 350,- yang diperoleh dari Harga jual (Rp 2.850) dikurangi dengan HPP barang yang terlihat sebagai nilai keluar pada laporan buku stok (Rp 2.500). Hal ini dikarenakan stok dengan harga beli Rp 2.585 yang awalnya tercatat sebanyak 6 BOTOL pada pembelian tanggal 02-09-10 telah habis terjual seluruhnya, sehingga program menggunakan HPP berikutnya yaitu Rp 2.500 yang berasal dari pembelian tanggal 04-09-10.
Berikut ini adalah hasil postingan jurnal transaksi penjualan tersebut pada buku besar:
Sementara itu, jika apotek menggunakan sistem average maka HPP produk yang digunakan akan berubah setiap kali ada pembelian atau setiap masuknya stok ke dalam persediaan dengan menghitung jumlah rupiah keseluruhan stok barang dibagi dengan jumlah kuantitas barang pada saat yang sama.
Pencatatan nilai persediaan/stok dengan sistem Average atau FIFO jangan dirancukan dengan arus fisik barang seperti yang berlaku pada sistem FEFO (first expire first out) dalam pengelolaan kadaluarsa. TitanSystems Pharmacy selalu konsisten mengeluarkan stok barang yang tanggal kadaluarsa tercapa terlebih dahulu, tanpa mempertimbangkan tanggal transaksi pembelian mana yang lebih dahulu sebagai persediaan. Jika kebetulan pada contoh di atas produk Betadine yang dibeli tanggal 04-09-10 memiliki tanggal kadaluarsa yang lebih dekat dibandingkan yang dibeli tanggal 02-09-10, maka tetap yang dicatat pada sistem kadaluarsa untuk dikeluarkan dari stok adalah kadaluarasa dari pembelian tanggal 04-09-10 terlebih dahulu, meskipun secara FIFO HPP nya berbeda dengan kenyataan fisik barang yang kita serahkan kepada konsumen. Disinilah peranan sistem yang baik akan menangani pembukuan Anda secara akurat dari sisi akuntansi dan farmasi secara bersamaan.
0 komentar:
Posting Komentar